Laporkan Masalah

Kajian aspek ketahanan beberapa genotipe kedelai terhadap hama pengisap polong Riptortus linearis F. (Hemiptera : Alydidae)

SUHARSONO, Promotor Prof.Dr.Ir. Soeprapto Mangoendihardjo

2001 | Disertasi | S3 Ilmu Pertanian

Sifat ketahanan tanaman kedelai terhadap hama pengisap polong Riptortus linearis F. dikaji dengan menggunakan genotipe kedelai yang terpilih tahan dari uji ketahanan di lapangan dan laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan tanaman kedelai terhadap hama pengisap polong. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, dilakukan tiga penelitian pokok yaitu : 1) identifikasi genotipe tahan melalui uji ketahanan di lapangan dan laboratorium, 2) kajian faktor-faktor yang menentukan ketahanan, dan 3) kajian pengaruh umur polong, fase perkembangan serangga, dan cekaman kekurangan air terhadap tingkat ketahanan. Ketahanan diukur berdasarkan parameter tingkat serangan dan banyaknya luka tusukan stilet pada biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe kedelai IAC-80-596-2 dan IAC-100 diketahui tahan terhadap hama pengisap polong R. linearis yang ditunjukkan oleh tingkat serangan biji dan jumlah luka tusukan stilet pada biji lebih rendah, serta kurang dipilih sebagai inang dibandingkan dengan varietas Wilis. Aspek-aspek morfologi polong yang meliputi panjang dan kerapatan rambut polong (trikom), ketebalan, kekerasan kulit polong, dan secara kimiawi yaitu kandungan fruktosa pada biji dan serat pada kulit polong berhubungan dengan ketahanan. Tidak ditemukan adanya antibiosis yang signifikan. Tingkat serangan berkorelasi positif nyata dengan kandungan fruktosa (r = 0,60*) dan jumlah luka tusukan stilet pada biji (r = 0,82*). Tingkat serangan berkorelasi negatif nyata terhadap tebal kulit polong (r = 0,62*) dan kandungan serat kulit polong (r = -0,67*). Analisis lintas (path analysis) menunjukkan bahwa ketahanan genotipe kedelai IAC-80-596-2 dan IAC-100 diekspresikan dalam antisenosis morfologi, yaitu karena kandungan serat pada kulit polong yang tinggi, kulit polong yang tebal, dan kandungan fruktosa yang rendah. Serangan hama pengisap polong pada fase pertumbuhan polong R6 lebih tinggi dibandingkan tingkat serangan pada fase pertumbuhan R4 dan R8. Tingkat serangan tidak dipengaruhi oleh fase perkembangan serangga. Cekaman kekurangan air nyata meningkatkan kerentanan tanaman kedelai terhadap hama pengisap polong. Pada varietas rentan, kekurangan air meningkatkan intensitas serangan, sebaliknya pada genotipe tahan kurang dipengaruhi oleh cekaman kekurangan air. Hubungan antara ketahanan tanaman kedelai terhadap hama pengisap polong dengan toleransi terhadap cekaman kekurangan air belt= diketahui. Oleh sebab itu, perlu dikaji Iebih lanjut.

The resistance of soybean to pod-sucking bug Riptortus linearis F. was studied using resistant genotypes selected from field and laboratory screening. The objective of the present study is to determine factors affecting the resistance of soybean to pod-sucking bug. The study was implemented in three major researches i.e. 1) to identify the resistant genotype by selection in field and laboratory, 2) to study factors affecting the resistance mechanism, and 3) to study the effect of pod maturity and insect developmental stage and water stress (water deficit) on degree of resistance. The extend damage and number of stylet punctures on seed are the parameters of the resistance. The study showed that IAC-80-596-2 and IAC-100 genotypes were identified resistant to pod-sucking bug R. linearis as indicated by the damage on pod, seed and number of stylet punctures on seed consistently lower and unsuitable for host as compared to Wilis variety. The resistance was related to morphological aspects of soybean pod mainly pod pubescence, pod shell thickness, pod shell hardness, and chemically related to lower fructose of seed and higher fiber content in pod shell. No significant antibiosis was found. The seed damage had significantly positive correlation with fructose content (r = 0,60* ) and number of stylet punctures on seed (r = 0,82*). The seed damage, however, negatively correlated to pod shell thickness (r = 0,62*) and fiber content in pod shell (r = -0,67*). Path analysis showed that the resistance of IAC-596-2 and IAC-100 genotypes to pod-sucking bug was expressed in morphological antixenosis due to thicker and higher fiber content in pod shell, and lower fructose content. The seed damage at R6 pod developmental stage was more severe than those at R4 and R8. The damage intensity was not affected by insect developmental stage. Water stress (water deficit) significantly affects the susceptibility of soybean to pod-sucking bug. In susceptible variety, water stress increase the susceptibility to pod sucking bug. In resistant genotypes, however, the susceptibility is less affected by water stress. The relationship between pod-sucking bug resistant genotype and water stress tolerance was unclear. It was suggested that these genotypes possess some degrees of tolerance to water stress, therefore, further studies are needed. In the area with restricted water supply system, the use of resistant variety that tolerance to water stress is suggested.

Kata Kunci : Hama Tanaman Kedelai,Penghisap Polong Reptortus Linearis F, Soybean,


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.