Laporkan Masalah

GERAKAN DESA MEMBANGUN (GDM) : INISIASI GERAKAN KOLEKTIF MASYARAKAT DESA DALAM PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA: Studi Kasus Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas

TARYONO, Prof. Dr. Agus Pramusinto, MDA.

2014 | Tesis | S2 Magister Administrasi Publik

Tesis ini menganalisis Gerakan Desa Membangun (GDM) yang muncul sebagai gerakan kolektif masyarakat desa di wilayah Banyumas untuk menginisiasi kemandirian desa dengan mengusung pendekatan “desa membangun” sebagai antitesis dari pendekatan “membangun desa” oleh pemerintah. Gerakan ini ingin mewujudkan desa menjadi subyek pembangunan agar lebih mandiri dan bermartabat sehingga memiliki posisi tawar serta menghilangkan stigma desa sebagai segala sesuatu yang tidak menyenangkan, keterbelakangan, kemiskinan, dan ketidakberdayaan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi kasus sebagai metode untuk membedah fenomena GDM ini. Pemilihan metode ini berdasarkan kemampuannya dalam menangkap fenomena empirik, kontemporer, dan kesempatan penggalian bukti-bukti dari berbagai sumber. Penulis memilih lokus penelitian di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas dimana GDM pertama kali dicetuskan dan sampai saat ini terus mengawal keberlanjutan GDM. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk melihat secara keseluruhan dari GDM, baik dari aspek kesejarahan (histori), aspek konsolidasi internal dan eksternal serta aspek keberlanjutan (sustainability) dari GDM di dalam menginisiasi pengembangan kemandirian desa di bidang teknologi informasi dan komunikasi, tata kelola pemerintahan desa dan pengelolaan sumber daya desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai gerakan kolektif masyarakat desa, tidak serta merta membuat GDM sama persis dengan gerakan sosial pada umumnya yang berorientasi konfliktual, dikarenakan perbedaan pendekatan “desa membangun” yang berbeda dalam perjalanannya tetap merangkul supra desa (negara) dalam bentuk kolaborasi kerja-kerja desa. Selain itu, dalam proses keberlanjutan (sustainability) GDM, terutama di Desa Melung di dalam menginisiasi pengembangan kemandirian desa menunjukkan bahwa GDM telah berhasil mengangkat Desa Melung menjadi subyek pembangunan desa yang mandiri, melalui pemanfaatan Sistem Mitra Desa (SMD), portal/website desa dan pengelolaan sumber daya desa berupa Paguyuban Peger Gunung. Ide-ide dan gagasan pembangunan dari perangkat dan warga Desa Melung dan GDM pada umumnya diterima dan mendapat dukungan banyak pihak (bottom up), termasuk pihak supra desa (Negara/pemerintah) dibandingkan pendekatan sebelumnya yang masih top down. Penulis memberikan beberapa rekomendasi antara lain agar GDM terus mendorong pengembangan kapasitas seluruh aktor di dalamnya, dan perlunya pengembangan pola hubungan dengan pihak supra desa (Negara) sebagai bentuk elaborasi pendekatan bottom-up dan top down untuk bersama-sama mengembangakn GDM di seluruh wilayah Indonesia dalam pengembangan kemandirian desa. Kata kunci : GDM, Desa Melung, Inisiasi, Kemandirian, Sistem Mitra Desa, Website Desa

This thesis analyzes the emergence of Gerakan Desa Membangun (GDM) as the villagers collective movement in Banyumas Regency that provenly initiating the village self-reliance by bringing up the approach “desa membangun. This approach considers as anthithesis of the government program namely “ membangun desa”. This research conducted by using qualitative method and case study to deeply analyze GDM phenomenon. This method was chosen due to the ability to capture the empirical contemporer phenomenon and gave more chance to dig up the evidence from various source. The researcher chose Melung Village, Kedungbanteng subdisctrict of Banyumas Regency as the locus of the research since it is the place where GDM firstly launched and it is still keep on focusing on the sustainability of GDM until now. Therefore , the researcher needed to thouroughly analyzed GDM from its historical background, the internal and external consolidation process and the sustainability of GDM in iniating the village self-reliance development in information and communication technology (ICT), village governance and the management of village resources. The results of the research show that the term development as the villagers collective program does not automatically make GDM identical with the other social program that commonly have conflicting orientation. The approach of “desa membangun” is different from the rest, since it still collaborates with supra desa (Negara) in creating village collaboration program in its process. Besides the sustainability of GDM especially in Melung village in initiating the development of village self-reliance reveals that GDM has been successfully brought Melung Village as the self-reliant subject in village development by making use of the SMD (Sistem Mitra Desa), the website of the village and the management of village resources namely Paguyuban Pager Gunung. The ideas and opinion about the development came from the village authority and Melung village community are supported by many more parties (bottom up) and village Supra parties (the government) compared to previous top down approach. As the conclusion, the researcher recommends that GDM needs to keep on improving the capacity building of all the actors involved and to develop the relationship pattern with village supra (Government) as the collaboration of bottom up and top down approach and also simultaneously with the government develop GDM in all parts of Indonesia to create village self-reliance. Key words : GDM, Melung Village, Iniation, Self reliance, Sistem Mitra Desa, village website

Kata Kunci : GDM, Desa Melung, Inisiasi, Kemandirian, Sistem Mitra Desa, Website Desa; GDM, Melung Village, Iniation, Self reliance, Sistem Mitra Desa, village website


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.