Laporkan Masalah

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN ASMA RAWAT JALAN YANG LEBIH PATUH DAN KURANG PATUH PADA PENGGUNAAN OBAT ASMA INHALASI

Qurrata A'yun, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt.

2014 | Tesis | S2 Mag.Farmasi Klinik

Tidak semua pasien asma patuh pada rejimen terapi. Buruknya kepatuhan pada pengobatan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Perbedaan ratarata 0,5 poin per aitem per domain skor total Asthma Quality of Life Questionnaire (AQLQ) pada tiap intervensi yang diberikan menggambarkan perbedaan minimal clinically important difference (MCID). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pasien asma yang kurang patuh memiliki skor kualitas hidup 0,5 poin lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang lebih patuh pada penggunaan obat asma inhalasi di poliklinik paru RSUP Dr. Sardjito dan RSUD Sleman Yogyakarta. Dan faktor-faktor apa sajakah selain kepatuhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini dilakukan dengan studi potong lintang menggunakan data survey pada pasien asma dewasa di Poliklinik Paru RSUP Dr. Sardjito dan Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Sleman Yogyakarta. Kepatuhan merupakan variabel independen yang diukur menggunakan Medication Adherence Rating Scale for Asthma (MARS-A-10) dengan Visual Analogue Scale sebagai respon jawaban untuk tiap aitem. Skor kepatuhan berkisar 0-900 dengan titik potong <810 dinyatakan sebagai kurang patuh. Perbedaan skor AQLQ sebesar 0,5 poin skor yang bermakna secara klinis menjadi nilai perbedaan minimal antara pasien yang kurang patuh dan yang lebih patuh pada penggunaan obat asma inhalasi. Analisis regresi multivariat digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang bermakna secara statistik memiliki hubungan dengan AQLQ sebagai variabel dependen. Metode stepwise digunakan untuk mengeluarkan variabelvariabel dengan nilai p kurang dari 0,5. Subyek penelitian (n= 53, 36 perempuan, rerata usia 49,26 ±10,64 tahun (mean±SD), rerata lama sakit asma 21,15±13,51 tahun (mean±SD), rerata lama menggunakan obat asma inhalasi 9,09±6,51 tahun (mean±SD). Rerata skor kepatuhan 600,99±173,40, dengan 84,9% termasuk dalam kelompok kurang patuh (skor<810). Perbedaan rata-rata skor total AQLQ antara pasien yang patuh dan yang kurang patuh sebesar 0,67 poin. Dari model analisis multivariat yang terdiri dari kepatuhan sebagai variabel independen dan 3 variabel perancu (riwayat masuk UGD, tingkat kontrol asma dan lama menggunakan obat asma inhalasi), diperoleh R2 sebesar 0,445. Kualitas hidup yang lebih baik berkaitan erat dengan kontrol asma yang lebih baik, menurunnya angka kejadian rawat di UGD, lamanya menggunakan obat asma inhalasi dan tingginya skor kepatuhan pasien. Pasien asma yang kurang patuh (skor MARS-A-10 􀀟810) memiliki skor kualitas hidup (AQLQ) 0,67 poin lebih rendah dibandingkan dengan pasien asma yang lebih patuh (skor MARS-A-10 ≥810) pada penggunaan obat asma inhalasi.

Failure to adhere to drug regimen can increase morbidity and mortality. While Medication Adherence Report Scale for Asthma (MARS-A-10) is a specific psychometric to measure adherence to a regimen of inhaled asthma medications, Asthma Quality of Life Questionnaire (AQLQ) measures quality of life. The average difference of 0.5 points per item per domain of total score for each intervention illustrates the difference in minimal clinically important difference (MCID). This study aims to verify whether patients who fail to adhere to the regimen have quality of life scores 0.5 points lower than those who strictly adhere to a regimen of inhaled asthma medication. Subjects of the study are patients at Poliklinik Paru of Sardjito Hospital and Poliklinik Penyakit Dalam Sleman General Hospital, Yogyakarta. The study also attempts to reveal factors other than adherence to drug regimen that may affect quality of life. Since the study is cross-sectional, it makes the most of data gathered from a survey on adult asthma patients at Poliklinik Paru of Sardjito Hospital and Poliklinik Penyakit Dalam Sleman General Hospital, Yogyakarta. The independent variable in the study is adherence to a drug regimen which is measured using MARS-A-10 modified with Visual Analogue Scale (VAS) as a response to answer for each item. Adherence scores range from 0-900 with a cut point at <810 which will be considered as failure to strictly adhere. The difference in AQLQ score of 0.5 points, a clinically significant value, becomes the minimum value separating patients who adhere to drug regime less strictly and those who adhere more strictly to the regimen of inhaled asthma medication. Multivariate regression analysis is used to identify variables that demonstrate a statistically significant relationship with the AQLQ as the dependent variable. Stepwise method is used to remove variables with p values less than 0.5. There are 53 subjects of the study, 36 of whom are women, the mean age is 49.26 ± 10.64 years (mean ± SD), mean disease duration is 21.15 ± 13.51 years with asthma (mean ± SD), the mean time use of inhaled asthma medication is 9.09 ± 6.51 years (mean ± SD). The mean adherence score is 600.99 ± 173.40, with 84.9% of them adhere to drug regimen less strictly (score <810). The average difference in AQLQ total score between those who adhere to drug regimen less strictly and those who adhere more strictly is 0.67 points. The multivariate analysis model consisting of adherence as independent variables and three confounding variables (medical record concerning treatment in ICU, the level of asthma control and how long the patient is on inhaled asthma medication) produces R2 of 0.445. Better quality of life is closely associated with better asthma control, minimum incidence of hospitalization in the ICU, duration of inhaled asthma medication use, and high score of adherence to the drug regimen.

Kata Kunci : Kepatuhan, Asma, MARS-A-10, Obat asma inhalasi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.