Laporkan Masalah

RELASI KUASA DALAM PEMBENTUKAN IDENTITAS HIBRIDA DI KAWASAN TRANSMIGRASI KABUPATEN NAGAN RAYA PROPINSI ACEH

Vellayati Hajad, Longgina Novadona Bayo, S.IP, M.A

2014 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Studi ini mengkaji relasi kuasa dalam pembentukan identitas hibrida di kawasan transmigrasi Kabupaten Nagan Raya. Identitas hibrida di kawasan transmigrasi dapat terjadi akibat percampuran dua identitas yang berbeda antara transmigran Jawa dan masyarakat Aceh selama kurun waktu interaksi diantara keduanya. Dan hubungan di antara dua komunitas ini terus mengalami pasang surut seiring kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di Aceh. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk melihat proses pembentukan identitas hibrida dan memetakan dinamika hubungan antara transmigran dan masyarakat Aceh. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, digunakan teori identitas hibrida Homi Bhaba yang membantu untuk melihat sebuah identitas hibrida dapat dibentuk melalui ruang ketiga (third place). Ruang ketiga ini adalah agama Islam yang menjadi ruang bagi pembentukan identitas hibrida melalui ritual dan perayaan hari-hari penting agama Islam yang dapat menyatukan dua identitas yang sangat berbeda yaitu Aceh dan Jawa melalui jalan damai dan tanpa kekerasan. Selain itu kajian ini juga menggunakan teori Gramsci tentang hegemoni untuk membantu dalam melihat perubahan bentuk interaksi antara masyarakat Aceh dan transmigran yang bergeser dari bentuk interaksi berupa dominasi budaya ketika konflik Aceh terjadi dan berubah menjadi hegemoni budaya setelah konflik berakhir. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang proses pembentukan identitas hibrida di Nagan Raya melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Temuan atas studi ini menunjukkan bahwa relasi kuasa antara masyarakat Aceh dan transmigran Jawa adalah hegemoni yang terjadi setelah konflik dan ruang ketiga secara maksimal dapat digunakan sebagai tempat bagi hibridisasi identitas setelah konflik berakhir. Namun demikian identitas hibrida yang terbentuk belum mampu menjadi senjata bagi transmigran di bidang politik elektoral.

This study examines the relation of power in the formation of hybrid identities in the transmigration areas of Nagan Raya district. Hybrid identity in transmigration areas may occur as a result of mixing two different identities between Javanese migrants and Acehnese during the period of interaction between them. And the relationship between these two communities continue to have ups and downs as the social, economic, and political situation in Aceh. The objectives to be achieved is to look at the process of identity formation dynamics of hybrid and map the relationship between migrants and the people of Aceh. To achieve the objectives of the study, used the theory of Homi Bhaba hybrid identity that helps to see a hybrid identity can be established through a third space (third place). The third room is the religion of Islam which became a space for the formation of hybrid identities through ritual and celebration of important days of Islam that can unite two very different identities, namely Aceh and Java through peaceful and non-violent way. In addition, this study also uses Gramsci's theory of hegemony to assist in seeing the changes in the form of interaction between the people of Aceh and migrants who shifted from a form of interaction in the form of cultural domination occurs when the Aceh conflict and turned into a cultural hegemony after the conflict ended. This study used a qualitative research method using a case study approach that aims to learn more about the process of the formation of hybrid identities in Nagan Raya through observation, interview and documentation. The findings for this study indicate that the power relations between the Acehnese and Javanese transmigrants is hegemony that occur after the conflict and the third space can be optimally used as a place for identity hybridization. after the conflict ended. However, hybrid identities are formed not been able to become a weapon for migrants in the area of electoral politics.

Kata Kunci : Hegemoni, Identitas Hibrida, dan Ruang Ketiga


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.