Mataair sering ditemukan di lereng selatan Gunung Merapi, Kabupaten Sleman. Kebanyakan dari mataair ini muncul di tepi sungai dan terdapat banyak mataair yang terletak di morfologi dan litologi yang berbeda yang mungkin memiliki condisi hidrogeologi dan hidrologi yang berbeda, dan konsentrasi yang berbeda. Untuk memahami isu di atas, dilakukan studi mengenai kimia airtanah dan kuantitas airtanah peda beberapa mata air di lereng selatan G. Merapi. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui karakteristik mataair dengan observasi lapangan dan pengukuran insitu dari debit mataair, konduktivitas elektrik dan temperatur di musim penghujan dan kemarau, (2) penentuan hubungan dari mataair berdasarkan komposisi kimianya, dan (3) mengestimasi laju pengisian di area penelitian. Dua belas (12) sampel mataair diambil dari bagian atas, tengah, dan bawah dari lokasi penelitian. Berdasarkan metode diagram Kurlov dan Piper, komposisi kimia dari duabelas(12) sampel mataair hampir sama dan tidak jauh berbeda secara signifikan, dimana tipe air tanah domina dari Na-Ca-HCO3hingga Na-Ca-HCO3-SO4, hanya satu sampel mataair yaitu Jatiningsih yang memiliki komposisi kimia berbeda Ca-Na-Mg-HCO3 dengan sebelas (11) sampel mataair lainnya. Untuk mengetahui hubungan konektivitas hidraulika antara mataair dan kimia air tanah ditampilkan dengan diagram Fingerprint, Composition, dan Stiff Pattern. Oleh karena itu, berdasarkan komposisi kimia dari duabelas (12) sampel mataair dan litologi di wilayah penelitian, mataair dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 1, terdapat sepuluh (10) sampel mataair yang memiliki komposisi kimia yang serupa dan sumbernya dipengaruhi oleh sistem akuifer Merapi yang terdiri dari formasi Sleman dan Yogyakarta, mengindikasikan bahwa mataair di kelompok 1 saling berhubungan secara hidrolik sedangkan. Kelompok 2, mataair Umbul Pajangan memiliki komposisi kimia yang serupa dengan mataair di kelompok satu. Akan tetapi, sampel mataair ini memiliki konsentrasi ion yang lebih tinggi dibandingkan sepuluh (10) sampel mataair di kelompok 1. Sumbernya mungkin berasal dari akuifer dalam (Formasi Sleman), dan secara hidrolik tidak terhubung dengan mataair yang lain. Kelompok 3, mataair Jatiningsih memiliki komposisi ion yang berbeda secara signifikan dengan sebelas (11) mataair di kelompok 1 dan 2. Mataair ini terletak di bagian barat dari area penelitian, sumbernya mungkin dipengaruhi airtanah dari formasi Sentolo, yang terdiri dari batugamping dan memiliki konsentrasi Ca-HCO3 yang tinggi, mengindikasikan bahwa mataair ini tidak terhubung secara hidrolik dengan sebelas (11) mataair yang lain. Berdasarkan konsentrasi khlorida dalam mataair dan presipitasi dari hulu ke hilir, juga data curah hujan tahunan, estimasi dari imbuhan airtanah menggunakan metode kesetimbangan masa khlorida, jumlah dari umbuhan airtanah diestimasikan sebesar 490 mm/tahun untuk seluruh area penelitian dan hasilnya menunjukkan korelasi yang baik ketika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya mengenai jumlah imbuhan airtanah di lereng selatan G. Merapi.

Springs are easily found in the southern slope of Merapi volcano, Sleman Regency. Most of springs appear at the river bank and there are many springs according the secondary data in the area that might be located in different morphology and lithology, which might have different hydrogeology and hydrology setting. In response to the above issue, the study of groundwater chemistry and groundwater quantity are carried out. The main objectives of this research are to recognize the characteristics of springs by field observation and in-situ measurement of springs discharge, Electric-conductivity, and Temperature in rainy and dry season, also determined the relationship of springs based on their chemical composition, and estimated the recharge rate in the study area. The twelve (12) spring samples were taken in the upper, middle, and lower part of study area. According to Kurlov and Piper diagram methods, the chemical composition of 12 spring samples almost similar and did not significantly different for most properties from upstream to downstream, which are Na-Ca-HCO3 to Na-Ca-HCO3-SO4, only one spring sample call Jatiningsih has different chemical composition Ca-Na-Mg-HCO3 with other eleven (11) springs. To understand the relationship of twelve (12) spring water chemistry composition was displayed by Fingerprint, Composition, and Stiff Pattern diagrams. Consequently, based on the chemical composition of twelve (12) spring samples and the type of lithology in the study area, the springs can be divided into three groups. Group 1, there are ten (10) spring samples which have similar chemical composition and the source influence by Merapi Aquifer System which consist of Sleman and Yogyakarta formations, indicated that springs in group 1 are hydraulically interconnected. Group 2, Umbul Pajangan spring, has similar chemical composition with springs in group1. However it has high ionic concentration than ten (10) spring samples in group1. The source may be come from deep aquifer (Sleman Formation), and is not hydraulically interconnected to other springs. Group 3, Jatiningsih spring has significantly different ionic composition with other eleven (11) springs in group 1 and 2. This spring located in the west side of study area, the source may influence by groundwater from Sentolo formation, which consist of limestone and has high Ca-HCO3 concentration, indicated that this spring is not hydraulically interconnected to other eleven (11) springs. Based on chloride concentration in springs and precipitation from upstream to downstream, also the annual rainfall data, the estimation of groundwater recharge by using Chloride Mass Balance method was done in this research area and the amount of groundwater recharge was estimated is 490 mm/year for whole area of research, and showing a good correlation when compare with previous research.

Kata Kunci : lereng selatan Merapi, hidrogeokimia, mataair, pengisian airtanah