Laporkan Masalah

KAJIAN LAPANGAN PENGGUNAAN AUTOCIDAL OVITRAP TERHADAP PENURUNAN ANGKA POPULASI NYAMUK AEDES DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Indra Dwinata, dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, MSc., PhD

2012 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang : Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah di Indonesia. Kabupaten Gunungkidul adalah daerah endemis DBD di Provinsi Yogyakarta. Data Dinas Kesehatan Gunungkidul menunjukkan house index (HI) di Kabupaten Gunungkidul baru mencapai 45%. Salah satu alternatif dalam pengendalian vektor DBD adalah dengan memasang autocidal ovitrap. Salah satu modifikasi autocidal ovitrap yaitu dengan menambahkan zat atraktan berupa air rendaman jerami yang diharapkan mampu menangkap telur nyamuk lebih banyak dan mengurangi kepadatan larva. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemasangan autocidal ovitrap dengan atraktan air rendaman jerami terhadap jumlah nyamuk Aedes yang terperangkap dan index kepadatan larva (House Index,Countainer Index, Breteau Index). Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan crossover design. Autocidal ovitrap terbuat dari pot plastik hitam dan diberi kassa. Penelitian dilakukan di tiga daerah endemis DBD yang memiliki House index yang tinggi (45-55%). Dua daerah intervensi dan satu daerah kontrol. Intervensi yaitu penggunaan autocidal ovitrap atraktan air rendaman jerami dan autocidal ovitrap air biasa. Daerah kontrol tanpa penggunaan autocidal ovitrap. Jumlah rumah 55-65 setiap daerah. Autocidal ovitrap diletakkan di dalam dan di luar rumah. Intervensi berlangsung selama 10 minggu. Variabel independen adalah pemasangan autocidal ovitrap dan variable dependen jumlah nyamuk aedes yang terperangkap dan index kepadatan larva (HI,CI, BI). Analisis data menggunakan uji beda (t-test) dan uji ANOVA. Hasil: Terdapat perbedaan rerata jumlah nyamuk yang terperangkap berdasarkan jenis autocidal ovitrap (p<0,05). Rerata nyamuk yang terperangkap di luar rumah lebih besar dibandingkan di dalam rumah (p<0,05). Terdapat perbedaan rerata jumlah nyamuk yang terperangkap berdasarkan waktu pengamatan, rerata tertinggi terdapat pada minggu ke-2 pengamatan yaitu sebesar (87,86±96,92). Tidak terdapat perbedaan index kepadatan larva (HI,CI,BI) antara kelompok perlakuan selama intervensi berlangsung (p>0,05). Kesimpulan: Rerata nyamuk yang terperangkap lebih banyak pada autocidal ovitrap atraktan, nyamuk yang terperangkap lebih banyak ditemukan di luar rumah. Terdapat perbedaan rerata nyamuk yang terperangkap berdasarkan waktu pengamatan, namun tidak terdapat perbedaan index kepadatan larva (HI,CI,BI) antara kelompok perlakuan selama intervensi berlangsung.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a major health problem in Indonesia. District of Gunungkidul is a DHF endemic area at the Province of Yogyakarta. Data of Gunungkidul District Health Office show that House Index (HI) at District of Gunungkidul is 45%. An alternative to control DHF vector is using autocidal ovitrap. A modified autocidal ovitrap is adding hay infusion attractant that can increase the number of trapped mosquitoes and reduce larva density. Objective: To identify effect of implementing autocidal ovitrap using hay infusion attractant to the number of trapped mosquitoes and larva density (House Index, Container Index, Breteu Index). Method: The study was a quasi experiment with crossover design. Autocidal trap was made from plastic pot and mosquito net. This study was conducted in three endemic areas that have a high house index (45-55%). There are two intervention area and one control area. Intervention area using autocidal ovitrap with attractant hay infusion and autocidal ovitrap with water. Control area without used autocidal ovitrap. There are 55-65 houses in each area. Autocidal ovitrap placed inside and outside the house. Intervention was conducted within 10 weeks. Independent variable is installation autocidal ovitrap and Dependent variable is the number of trapped mosquitoes and larva density (HI,CI,BI). Analysis of data using t-test and ANOVA test. Result: There was difference in average number of trapped mosquitoes based on type of autocidal ovitrap (p<0.5). Average number of mosquitoes trapped outside the house was higher than inside the house (p<0.05). There was difference in average number of trapped mosquitoes based on time of observation, highest average was found in week 2 of observation (87.86 ± 96.92). There was no difference in index of larva density (HI,CI,BI) between experiment groups during intervention (p>0.05). Conclusion: Average number of trapped mosquitoes was higher in attractant autocidal ovitrap; more trapped mosquitoes were found outside the house. There was difference in average number of trapped mosquitoes based on time of observation, but there was no difference in index of larva density (House Index, Container Index, Breteu Index) between experiment groups during intervention.

Kata Kunci : Aedes, Autocidal ovitrap, Atraktan jerami, Gunungkidul

  1. S2-FKU-2012-INDRA_DWINATA_-_ABSTRACT.pdf  
  2. S2-FKU-2012-INDRA_DWINATA_-_BIBLIOGRAPHY.pdf  
  3. S2-FKU-2012-INDRA_DWINATA_-_TABLEOFCONTENT.pdf  
  4. S2-FKU-2012-INDRA_DWINATA_-_TITLE.pdf