Laporkan Masalah

Dinamika psikologis perilaku carok pada masyarakat Madura

BUDIARTI, Melik, Prof. Dr. Faturochman

2010 | Tesis | S2 Magister Sains Psikologi

Carok sebagai alat menyelesaikan permasalahan dalam bentuk destruktif pada masyarakat Madura. Carok dilakukan untuk menebus perasaan malu karena harga dirinya diusik orang lain, carok tidak bisa dilepaskan dari konteks nilai- nilai sosial budaya pada masyarakat Madura. Dinamika psikologis perilaku carok pada masyarakat Madura merupakan penelitian yang dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk melakukan studi eksplorasi tentang bagaimana individu dari proses mempunyai masalah sampai dengan memutuskan melakukan carok. Penelitian ini melibatkan 9 orang dengan 10 kasus carok sebagai informan penelitian, penelitian dilakukan pada Tahun 2006 di kabupaten Sampang. Penelitian dilakukan didua tempat berbeda yaitu di Rutan Kelas II Sampang dan di luar Rutan, dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Data dari wawancara digunakan untuk mencermati lebih detail teori-teori psikologi yang berkaitan dengan carok. Hasil penelitian ini menunjukkan sebuah dinamika psikologis proses terjadinya carok bahwa informan merasa dibohongi, sakit hati dan malu karena identisas sosial dan harga dirinya dilecehkan sehingga menimbulkan perasaan marah dan adanya upaya membela diri dari informan sampai dengan terjadinya carok. Setelah carok berakhir informan mengupayakan terjadinya perdamaian dan meminta maaf agar tidak terjadi carok balasan. Carok merupakan bentuk agresifitas pada masyarakat Madura yang berkar pada harga diri. Pengingkaran terhadap harga diri menimbulkan efek malu sehingga diperlukan upaya rehabilitasi dengan cara membunuh. Sebagai tindakan kekerasan yang beresiko besar terhadap kematian, setiap orang yang melakukan carok harus melakukan persiapan yang matang salah satunya mempersiapkan peralatan carok berupa clurit. Carok tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik tetapi juga harus mempunyai kekuatan non- fisik (supranatural). Kekuatan supranatural atau ‘berpagar’ (membentengi diri) dimaksudkan agar pelaku carok merasa lebih tahan terhadap serangan musuh. Lingkungan sosial memberikan andil yang cukup besar terhadap tumbuhnya perilaku carok. Carok sebagai lembaga penyelesai konflik semakin mengakar dalam masyarakat Madura karena pemenang carok sering di “hero-kan”. Paska carok, informan tidak hanya dihadapkan pada proses peradilan untuk menyelesaikan kasus yang dihadapinya tetapi juga menghadapi keluarga korban, yaitu adanya upaya balas dendam.

Carok is a means to solve a problem in a destructive form in Madura society. It is performed to compensate feeling of shame because his/her pride is bothered by the other persons, and it cannot be separated from the context of socio-cultural values in Madura society. This research, applying qualitative approach, aims at conducting an exploration study on how an individual of the process who has problem decide to conduct carok. This research involved 9 people with 10 carok cases as research informants and was conducted in 2006 in Sampang Regency. It was conducted at two different places, Rutan (prison) Class II of Sampang and outside of Rutan by applying in-depth interview and observation method. The data from the interviews were used to observe in more detail the psychological theories related to carok. The result research indicates that a psychological dynamic of the process of carok occurrence was that the informants felt like being deceived, broken hearted and embarrassed because their social identity and pride were insulted so that cause anger and carok was an effort of self-defense of the informants. After carok had ended, the informants attempted to make peace and apologize so that there would not be any carok revenges. Carok is a form of aggressiveness tradition in Madura society evolving from self-esteem. The denial toward selfesteem causes an effect of embarrassment so that it needs an effort of rehabilitation by means of murder. As an act of violence with a high risk toward death, each person conducting carok had to make adequate preparations, one of which was to prepare carok equipment, that was a sickle. Carok does not only rely on physical power, but also has to have non-physical one (supernatural). Supernatural power or ‘being fenced’ (self- fortified) is aimed that the carok actor feels more durable toward the enemy attack. Social environment plays a big role in the development of carok behavior. Carok as an institution of conflict resolution increasingly grows on Madura society because the winner of carok is often considered as “hero”. After carok ¸ the informants are not only brought to jurisdiction process to solve the case, but also encounter the family of the victim, that is the effort of revenge.

Kata Kunci : Carok,Dinamika psikologis,Madura


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.