Laporkan Masalah

Kalilah Wa Dimnah karya Baidaba terjemahan Abdullah Ibnu L-Muqaffa :: Suntingan teks, terjemahan, struktur naratif dan sejarah penurunannya

HASANAH, Uswatun, Prof Dr. Siti Chamamah Soeratno

2010 | Tesis | S2 Ilmu Sastra

Dalam khazanah kesusastraan, Kalīlah wa Dimnah (KwD) merupakan salah satu versi Pancatantra, karya sastra lama India berbahasa Sansekerta yang ditulis pada abad ke-3 S.M. oleh seorang Brahmana India dari paham Wisnuisme. KwD diterjemahkan oleh Abdullah Ibnu l-Muqaffa` dari versi bahasa Persia atau Pahlawi ke dalam bahasa Arab pada tahun 570 Masehi. KwD yang digolongkan ke dalam kelompok cerita berbingkai ini dikenal sebagai karya yang memasyhurkan Pancatantra dan menjadi sumber bagi terjemahan ke banyak bahasa di dunia. Penelitian dengan judul “Kalīlah wa Dimnah Karya Baidaba Terjemahan Abdullah Ibnu l-Muqaffa`: Suntingan Teks, Terjemahan, Struktur Naratif, dan Sejarah Penurunannya” ini bertujuan untuk menyajikan suntingan teks KwD, menyajikan terjemahan KwD dalam bahasa Indonesia, mengungkap struktur narasi teks KwD, dan sejarah penurunannya. Untuk mencapai tujuan tersebut dimanfaatkan teori filologi yang berupa metode landasan (legger) dengan edisi standar atau edisi kritik, teori terjemah, dan teori Aristoteles mengenai struktur naratif karya sastra. Hasil penelitian yang bersifat kualitatif terhadap KwD ini menunjukkan bahwa struktur naratif KwD terdiri atas unit pengantar dan unit yang diantarkan. Unit yang diantarkan terdiri atas unit pembuka, unit pengantar tambahan, unit tengah yang berupa anak-anak cerita, dan unit penutup. Sebagai cerita berbingkai, KwD memiliki pembingkai cerita yang disebut sebagai induk cerita dan cerita-cerita yang dibingkai yang disebut sebagai anak-anak cerita. Induk cerita KwD bukan saja membingkai anak-anak cerita, tetapi juga membingkai unit lain, yaitu “Unit Pengantar Tambahan” beserta cerita-cerita yang ada di dalamnya. Jumlah anak cerita yang dibingkai oleh induk cerita adalah 45 (empat puluh lima) anak cerita. Induk cerita menempati 12 (dua belas) halaman naskah, sedangkan anak-anak cerita menempati 97,5 (sembilan puluh tujuh setengah) halaman naskah. Sejarah penurunan KwD yang dikemukakan oleh beberapa ahli menunjukkan adanya beberapa persamaan dan perbedaan. Penelitian terhadap KwD mendapatkan bahwa KwD ditulis oleh seorang kepala Brahmana yang juga seorang ahli filosof India bernama Baidaba atas permintaan Dabsjalim, raja India saat itu. Karya tersebut diterjemahkan oleh Burzuwaih, seorang kepala dokter, yang fasih berbahasa Persia dan India (Sansekerta) ke dalam bahasa Parsi. Terjemahan ini dilakukan atas perintah raja Persia saat itu, Raja Kisra Anusyirwan bin Qubadz bin Fairuz. Karya Burzuwaih ini kemudian diterjemahkan oleh Bahnud bin Sachwan yang dikenal dengan nama Ali bin asy-Syah al-Farisi ke dalam bahasa Parsi. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh Abdullah Ibnu l-Muqaffa` ke dalam bahasa Arab.

In literary treasures, Kalīlah wa Dimnah (KwD) is one of the versions of Pancatantra, an Indian ancient literary work written in Sanskrit in the 3rd century BC by an Indian Brahmin of Vishnuism school. KwD was translated by Abdullah Ibnu l-Muqaffa` from Persian language Pahlawike into Arabic in 570 AD. KwD, which is classified into frame narrative, is known as a work which spreads the fame of Pancatantra and becomes a source of translation into many languages in the world. The research entitled “Kalīlah wa Dimnah a Work by Baidaba Translated by Abdullah Ibnu l-Muqaffa`: Reading on Text, Translation, Narrative Structures and Its Derivational History” aims at presenting the text editing of KwD and the Indonesian translation of KwD, revealing the narrative structures of text and describing its derivational history. To reach the goal, theories of philology comprising basic legger method with standard edition and critical edition, translation theories and Aristotelian theory concerning narrative structures of literary work. The result of the qualitative research on KwD shows that the narrative structures of KwD consist of introductory unit, additional introductory unit, middle unit containing the sub-stories, and the closing unit. As a frame narrative, KwD consists of the framing story or the main story and the framed stories or the sub-stories. The main story of KwD not only frames the sub-stories but also frames another unit, the “Additional Introductory Unit” and its sub-stories. The number of sub-stories framed by the main story is 45. The main story occupies 12 pages of the work while the sub-stories occupy 97.5 pages. The derivational history of KwD proposed by some experts shows several similarities and differences. The present research finds out that KwD was written by a head Brahmin who is also an Indian philosopher named Baidaba on the request of Dabsjalim, the King of India at that time. The work was translated by Burzuwaih, a head physician fluent in Persian and Sanskrit, into Persian language. The translation was conducted on the request of the king of Persia, King Kisra Anusyirwan bin Qubadz bin Fairuz. The work of Burzuwaih was then translated by Bahnud bin Sachwan, well-known as Ali bin asy-Syah al-Farisi into Persian language. The work was subsequently translated by Abdullah Ibnu l-Muqaffa` into Arabic.

Kata Kunci : KwD,Filologi,Struktur naratif,Sejarah penurunan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.