Laporkan Masalah

Evaluasi penanganan kerusakan dan pelapukan Candi Siwa Prambanan

SUKRONEDI, Prof. Dr. Inajati Adrisijanti

2010 | Tesis | S2 Arkeologi

Pelaksanaan pemugaran yang berbeda dilakukan antara Candi Siwa dengan candi-candi lainnya di Kompleks Prambanan berdampak pada daya tahan bangunan candi tersebut. Candi Siwa terletak di alam terbuka sangat rentan dipengaruhi oleh faktor iklim yang dapat menyebabkan kerusakan dan pelapukan batunya. Selain itu pemugaran Candi Siwa yang dilakukan pada masa pemerintahan kolonial belum memperhatikan aspek konservasi materialnya, dan nat-nat batunya diisi semen, sehingga sebagian kecil materialnya telah mengalami pelapukan yaitu terjadi disintegrasi mineral batuan yang mengakibatkan batuan tererosi. Untuk mengatasi kerusakan dan pelapukan batu Candi Siwa telah dilakukan dua tahap penanganan yakni tahap I berupa konsolidasi bagian atap, dan tahap II berupa konsolidasi bagian kaki dan pagar langkan. Metode yang digunakan berupa penanganan struktural, dan penanganan material. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penanganan kerusakan dan pelapukan pada Candi Siwa baik tahap I dan tahap II. Evaluasi ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan konservasi dapat berjalan dengan baik atau mempunyai efek negatif terhadap bendanya, sehingga diperlukan kajian lagi dan langkah langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan konservasi. Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap semua pekerjaan penanganan kerusakan dan pelapukan batu Candi Siwa Prambanan, baik tahap I (konsolidasi bagian atap) yang dilaksanakan pada bulan Mei – Desember 2004, dan tahap II (konsolidasi bagian kaki dan pagarlangkan) yang telah dilakukan penanganannya pada bulan Desember 2005 secara umum kondisinya masih baik. Masalah air hujan yang masuk ke dalam celah dan pori-pori batuan candi merupakan faktor penyebab pelapukan yang paling dominan. Air merupakan reagen pelapukan paling potensial di alam, tidak hanya menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi dengan zat lain, tetapi juga membuat rekasi-reaksi tersebut lebih efektif, sehingga perlu penangan yang lebih komprehensif untuk penanganannya.

Different kinds of restoration have done toward Siwa Temple and other temples located in Prambanan compound give an impact on the temple’s endurance itself. Situated on natural surroundings, Siwa Temple is influenced by the climate as susceptible factor that causes stone deterioration and damage. Furthermore, the restoration done during the colonial period had not concentrated on the material conservation aspect. The gaps were filled with cement so that some parts of its material underwent a kind of stone deterioration, i.e. the stone mineral disintegration that caused stone erosion. There are two steps of consolidation toward Siwa Temple to handle stone damage and deterioration, those are: step I to consolidate the roof, and step II to consolidate the body, basement and balustrade. Then, the methods used are structural and material handlings. This research is done to evaluate stone deterioration and damage handlings toward Siwa Temple both for step I and step II. Such evaluation is highly required to identify whether the conservation is done appropriately or it gives a bad impact toward the property, so that it needs further study to do conservation. The result of the evaluation toward the whole stone weathering and damage handlings of Siwa Prambanan Temple, both for step I (roof consolidation) on May – December 2004 and step II (basement and balustrade consolidation) on December 2005 is generally in a well-maintained condition. The dominant factor of stone weathering is the rain water which drops through the gaps and stone’s pores. Water is the most potential reagent in nature which not only reacts with other substances but may also make those reactions be more effective, so that it needs more comprehensive handling.

Kata Kunci : Kerusakan,Pelapukan,Konservasi,Candi Siwa Prambanan, Damage, deterioration, conservation, Siwa Temple of Prambanan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.