Laporkan Masalah

Kajian filsafat agama tentang makna zakat menurut Yusuf Qardawi

SUTISNO, Aliet Noorhayati, Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin

2009 | Tesis | S2 Ilmu Filsafat

Dikotomisasi ilmu agama dari pendekatan ilmu sosial dan humaniora, atau begitu juga sebaliknya, memberi dampak cukup serius. Ajaran agama yang hakikatnya menyimpan pesan filosofis dari entity-pertama terasa biasa saja, atau bahkan menjadi moment lahirnya beragam praktik yang justru kontra produktif. Sebagaimana pelaksanaan ibadah zakat, salah satu rukun dalam Islam ini disadari maupun tidak, justru menjadi ruang terciptanya perbedaan kelas sosial, dan media pengungkapan perwatakan seseorang dalam ruang sosialnya. Semuanya mengindikasikan gejala disorientasi ajaran agama. Teredusirnya makna ayat-ayat Tuhan. Kenyataan ini menjadi alasan dibutuhkannya reinterpretasi terhadap ajaran agama. Filafat merupakan metode berfikir komprehensif terhadap segala hal dan persoalan hidup. Kegitan filsafat adalah merefleksi segala hal, tidak terkecuali mengkaji ulang ajaran sebuah agama, yang telah dianggap selesai. Melalui trilogi bangunan ilmu filsafat; ontologi, epistimologi, dan akiologi, penulis akan mengkaji ulang zakat, pencarian fokus makna fundamental atas zakat. Sebagai study filsafat, maka tesis ini dengan telaah interpretasi merupakan penyingkapan sesuatu yang esensial dan prinsip, agar memperoleh pandangan dan pemahaman yang mendalam, serta mendasar semata-mata mencapai konsistensi. Dalam pada itu, penulis tidak terlepas dari metode Qurani. Inilah kajian filsafat guna melakukan penyegaran iman sekaligus memperkaya khazanah keilmuan dan pemikiran Islam. Interpretasi yang dimaksud adalah interpretasi untuk aksi yang tepat dalam masa dan tetap dalam kontrol. Dua kenyataan esensial dalam hidup manusia yang kerap kali dipandang saling bertolak belakang (filsafat dan agama), dalam penelitian ini terbantahkan. Penulis melihat keduanya berjalan harmonis. Secara ontologi, agama dengan eskatologi-nya menunjukkan sisi ruang yang bukan lagi memungkinkan, akan tetapi telah menjadi bagian bagi unsur filsafat. Secara epistemologi, zakat merupakan kerangka teoritis dalam berkomitmen dan berkeadilan sosial. Terakhir, zakat secara substansi terbagi dalam dua jenisnya; zakat jiwa dan zakat harta. Secara aksiologi zakat jiwa (zakat fitrah), berdasarkan ukuran, sasaran dan waktu pelaksanaannya, adalah mutlak, objektif. Sedang zakat harta (zakat mal), berdasarkan ukuran, sasaran serta waktu pelaksanaannya, sebagaimana dalam sumber hukumnya yang diakui samar dan masih memiliki makna umum, dirasa sangat situasional, kondisional, dan syarat interpretasi.

Religious study dichotomy from social study and the humanities point of view or vice versa has a serious effect. Religious tenet which its essence keeps philosophical values from the first entity just has an ordinary sense or it becomes a moment of appearance of some practices which tend to be counterproductive. As an implementation of religious services, zakat, as one of five pillars of Islam either considered or not; it just exactly creates social class differences, and also as one’s characteristic media of expression in his or her society. All of these indicate a disorientation symptom of religious tenet – a reduction of meaning toward God’s verses. Based on the fact, it becomes a reason why reinterpretation toward religious tenet is needed. Philosophy is a comprehensive thinking method toward problem of life and everything. Philosophy activity reflects everything including reinterpreting tenets of a religion which has been considered to be finished. Through philosophy trilogy: ontology, epistemology, and axiology, the writer of this thesis will reinterpret zakat, to find a focus of its fundamental meaning. As a philosophical study, this thesis using interpretation study that is essential and practical disclosure of something to get basically comprehensive understanding and view, nothing other than to reach consistency. However, the writer of this thesis is not apart from Qur’ani method. This philosophical study aims not only to do faith refreshing but also to enrich Islamic study and thinking treasure. Intended interpretation is a precise action in time and still under controlled. Philosophy and religion as two essential facts in human life which is often considered taking leave of each other is objected in this research. The writer of this thesis saw that both can walk harmoniously. Ontologically, religion and its eschatology show a space which is not only even more possible but also has been a part of philosophical element. Epistemologically, zakat is a theoretical frame of commitment and social justice. As a final remark, substantially, zakat is divided into: zakat of soul and zakat of wealth. Axiological, based on its measure, aim and time of implementation, zakat of soul (zakat fitrah = tithe in rice or money paid on last day of fasting month) is objectively absolute. Meanwhile, zakat of wealth (zakat mal), based on its measure, aim, and time of implementation; as rooted in its source of law which is still vague and has general meaning, it is considered to be situational, conditional, and interpretable.

Kata Kunci : Dikotomi, Disorientasi, Reinterpretasi, Zakat, dichotomy, disorientation, reinterpret, zakat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.