Laporkan Masalah

Konteks keterpencilan spasial SD-SMP satu atap di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur

ANAM, Choirul, Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D

2008 | Tesis | S2 Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Kesempatan memperoleh pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara. Pemerintah telah mewajibkan kepada setiap warga negara yang berusia 7 – 15 tahun untuk mengikuti pendidikan dasar yang dikenal dengan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) 9 tahun. Penuntasan wajar dikdas perlu penyediaan layanan yang adil dan merata sehingga dapat dijangkau oleh setiap warga negara termasuk penduduk yang bermukim di tempat terpencil. Usaha penuntasan wajar dikdas bagi penduduk di daerah terpencil dilakukan oleh pemerintah dengan mengembangkan pendidikan alternatif, yang salah satunya berbentuk SD-SMP Satu Atap untuk meningkatkan tingkat pendidikan lulusan SD setempat dengan memanfaatkan sarana yang telah ada dan melengkapi yang belum ada sehingga kegiatan belajar mengajar kelas SMP dapat berjalan dengan baik. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan dan merumuskan konsep keterpencilan spasial SD-SMP Satu Atap di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara, yang berlokasi di Kelurahan Pantai Lango. Metode penelitian kualitatif dengan paradigma induktif fenomenologi dimaksudkan untuk menguraikan latar secara penuh sehingga dapat menemukan pengaruh bersama yang terjadi pada pola-pola keterpencilan SD-SMP Satu Atap. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa keterpencilan yang terjadi pada SD-SMP Satu Atap dipengaruhi oleh terbatasnya akses transportasi dan infrastruktur serta terbatasnya akses terhadap sumberdaya ekonomi. Adanya keterbatasan tersebut telah mengurangi motivasi penduduk untuk melanjutkan sekolahnya ketingkat yang lebih tinggi setelah lulus dari SD. Keberadaan SD-SMP Satu Atap telah mampu meningkatkan motivasi dan angka partisipasi sekolah penduduk setempat terhadap pendidikan tingkat SMP, sedangkan kualitas pembelajaran di SD-SMP Satu Atap masih rendah karena kurangnya fasilitas, lemahnya manajemen serta kurangnya dukungan dana operasional sekolah secara khusus sebagai sekolah di daerah terpencil.

Education opportunity is the right of every citizen. The government mandates 7 – 15 years old children to participate in 9 years elementary education program known as ”Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun”. The mandatory 9 years education needs fairly distributed education, including families live in remote distant places. In succeeding this program, the government were developed alternative educations, one of them is one-roofed elementary-secondary education by employing the existed infrastructure and providing the new one. The purpose of this study is to obtain and develop concept of spatial remote one-roofed elementary-secondary education in the Penajam district, Penajam Paser Utara regency, located in sub district Pantai Lango. This study used qualitative with phenomenology inductive paradigm to extract the common influences in one-roofed elementary-secondary schooling remote pattern. The result of this study is that the remote status of the one-roofed schooling were affected by the limited transportation accessibility, inadequate infrastructure, and economic accessibility, that give impact to the low motivations to gain higher education. The existence on one-roofed education has been more motivating and led to the higher figure of school participation score in local communities concerning secondary level of education. The lacks of learning qualities were in close relation to facilities shortage, managerial weaknesses, and financial barrier which should be in special funding policies concerning their status of education as remote schooling

Kata Kunci : Wajib belajar,Keterpencilan,Learning Mandatory, Remote


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.