Laporkan Masalah

Adaptasi pengungsi terhadap permukiman baru :: Studi kasus permukiman kembali pasca kerusuhan Madura-Dayak di Kabupaten Bangkalan

WAHYUNINGSIH, Sri, Ir. Sudaryono, M.Eng.,Ph.D

2006 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Kondisi permukiman baru bagi pengungsi korban konflik etnis Madura- Dayak di Kabupaten Bangkalan, yang telah berlangsung selama lebih dari 6 (enam) tahun, menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik. Dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana tidak membuat pengungsi meninggalkan lingkungan permukiman, tetapi pengungsi tetap tinggal dan beraktifitas. Keterbatasan ini justru membuat pengungsi melakukan adaptasi / penyesuaian terhadap lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi pengungsi terhadap permukiman baru di permukiman mengelompok Desa Kelbung Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk mendeskripsikan dan merumuskan konsep sesuai dengan tujuan penelitian, digunakan metode deduktif-kualitatif. Analisis data dilakukan secara induktif berlandaskan paradigma fenomenologi, sehingga hasil penelitian diharapkan mampu mendeskripsikan fenomena sebagai sesuatu yang empiris berdasarkan atas kenyataan kehidupan sehari-hari sebagai realita utama. Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa adaptasi yang dilakukan pengungsi pada lingkungan permukiman baru dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu fisik-lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi. Secara fisiklingkungan pengungsi melakukan berbagai perbaikan seperti: membuat pagar, memperbaiki lantai, merubah dan menambah ruangan, merubah jendela, mengganti tiang penyangga didalam rumah, memperbaiki dinding, sampai pada membuat rumah permanen. Sedangkan untuk memenuhi sarana fisik lingkungan yang belum tersedia, pengungsi membuat selokan air, membuat tandon air dan membangun sekolah MI. Secara sosial-budaya, pengungsi melakukan penyesuaian dengan cara berinteraksi dengan penduduk lokal, melibatkan diri dalam berbagai kegiatan dan belajar memahami adat dan budaya yang berlaku di masyarakat. Secara ekonomi pengungsi melakukan penyesuaian dalam melakukan kegiatan ekonomi, dengan memanfaatkan potensi alam yang ada disekitar permukiman maupun mengembangkan kemampuan dengan bekerja diluar permukiman. Dorongan untuk melakukan penyesuaian ditempat yang baru, dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam individu itu sendiri atau disebut faktor internal dan faktor lingkungan atau disebut faktor eksternal. Faktor internal diantaranya adalah latar belakang sejarah dan budaya pengungsi, persepsi pengungsi terhadap permukiman baru, dan motivasi. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah peran dan dukungan pemerintah, LSM dan masyarakat, ketersediaan sarana dan prasarana, adanya pengakuan baik oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah setempat serta tertutupnya Sambas bagi warga Madura. Penelitian ini merekomendasikan perlunya upaya bersama antara pengungsi, masyarakat dan pemerintah dalam integrasi sosial-budaya kelompok pendatang dengan masyarakat lokal agar dapat saling melengkapi dan memberi kontribusi positif bagi terjaminnya kehidupan yang harmonis.

After 6 years, the condition in the new settlement in Bangkalan regency which was built for refugees fleeing the Madura-Dayak tribal feud shows an improvement. Despite inadequate facilities and infrastructure, they keep on living there and doing their activities. The shortcomings they are facing there even stimulates them to adapt with the new environment. The research aims to investigate their adaptation to the new settlement and environment in Kelbung village, Sepulu Sub-district and the factors affecting their adaptation. In order to describe and formulate the concept, it applies a deductivequalitative method. Data analysis is inductive and is based on the phenomenological paradigm. The research result is expected to describe phenomena as empirical facts based on daily events as the main reality. From the research results and discussion, the research concludes that refugees has adapted to their new environment in three aspects, which are physicenvironment, social-culture, and economic. In terms of physic-environment, they made some improvement such as building fence, improving the floor, renovating and adding new rooms, redesigning the windows, replacing the pillars, renovating the walls, or even building a permanent house. Meanwhile, to complete physical infrastructure of the environment, they build sewerage, water reservoir, and Islamic-based school. In terms of social-culture, they adapt to the new environment by interacting with local people, getting involved in various activities, and learning the local custom and culture. In terms of economic, they adjust their economic activities by optimize the natural potential existing around the settlement or improving their skills to be able to work outside the settlement. The motivation for adaptation is affected by 2 factors, namely internal factor and external factor. The internal one includes the refugee’s historical and cultural background, their perception toward the new settlement, and self motivation. Meanwhile, the external factor includes the role and support from the government, NGOs and community, availability of facilities and infrastructures, warm welcome by the local society and government, and isolation from Sambas. The research recommends the need for mutual efforts by the refugees, society, and government in social-cultural integration between the newcomers and local society such that both could complement and support each other, which is a positive contribution to achieve a harmonious life.

Kata Kunci : Permukiman,Pengungsi,Adaptasi, adaptation, refugee, new settlement


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.