Laporkan Masalah

Konsep tata ruang dalam pada Kelenteng Sam Kouw di Surakarta :: Studi kasus Kelenteng T'ien Kok Sie, Kelenteng Poo An Kiong dan Cetiya Ksiti Garbha

PARAMITA, Dyah Susilowati Pradnya, Ir. T. Yoyok Wahyu Subroto, M.Eng.,Ph.D

2005 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Surakarta merupakan daerah pedalaman yang memiliki jalur perdagangan mulai dari Gresik menuju ke Bengawan Solo. Jalur perdagangan tersebut berlabuh di bandar desa Nusupan yang berhubungan dengan kali Pepe dalam wilayah kelurahan Sudiroprajan dan kali Larangan dalam wilayah kelurahan Kemlayan. Jalur tersebut dipergunakan para pedagang C ina untuk memasuki Surakarta. Para pedagang tersebut beristirahat dan menitipkan barang dagangan kelontong di rumah Kong Sen ( rumah yang dipergunakan sebagai tempat tinggal bersama pedagang dari Cina ), sebelum dipasarkan kelilingan dengan sepeda onthel ke toko-toko kecil secara kredit. Berdasarkan kebutuhan tempat sembahyang, rumah Kong Sen tersebut dialihfungsikan menjadi rumah sembahyang bersama ( kelenteng ). Kelenteng berfungsi menampung 3 agama tradisional yang dibawa oleh para pedagang yaitu Tao, Khonghucu dan Buddha yang bersatu dalam nama Sam Kouw ( Tri Dharma ). Kelenteng Sam Kouw memiliki banyak patung dewa pemujaan yang mendasari urutan ritual pemujaan Sam Kouw. Kelenteng tersebut dikelola dan dihuni oleh Suhu dan keluarga yang berfungsi sebagai mediator permohonan Keberadaan tersebut ternyata terlihat unik, karena kegiatan sembahyang di kelenteng bercampur dengan kegiatan rumah tangga. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penelitian ini difokuskan pengamatan pemanfaatan ruang dalam kelenteng sebagai media interaksi kegiatan sembahyang dan kegiatan rumah tangga. Penelitian dilakukan dengan mempergunakan metodologi naturalistik kualitatif . Peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data empiris, yang dilakukan dengan observasi, wawancara dan pengambilan data teknis. Data yang diperoleh di lapangan diformulasikan menjadi tema-tema yang dianalisis secara induktif lalu dilanjutka n dengan dialog antar tema. Seluruh proses penelitian diakhiri dengan kesimpulan dan saran guna membangun kelenteng. Penelitian ini dilakukan di 3 obyek, dengan mempergunakan metode cross sectional guna memperkuat data dan mempertajam fokus pengamatan. Adapun 3 obyek tersebut adalah : · Kelenteng T’ien Kok Sie di Ketandan · Kelenteng Poo An Kiong di Coyudan · Cetiya Ksiti Garbha di Srambatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelenteng Sam Kouw di Surakarta memiliki ruang sembahyang umum di depan dan khusus di belakang (ruang semadi ) serta mempunyai ruang semadi yang selalu berada tegak lurus di belakang altar Dewa Tuan Rumah.

Surakarta was an inland with its trade strip starting from Gresik to Bengawan Solo. The trade strip anchored at a river harbor in Nusupan, a gate used by Chinese traders to get into Surakarta. Two rivers, called Kali Pepe in Surodiprajan and Kali Larangan in Kemlayan, were used as waterways.The trades stayed and kept their wares in a Kong Sen (a house used to stay by a group of Chinese traders) before they sold their wares on installment to some small stores around the town by bicycles. Due to their needs for worships, the Kong Sen was then used as a worship house (kelenteng). The kelenteng was used by three traditional religions brought by Chinese traders, namely Tao, Khonghucu and Buddhism which then together named Sam Kouw (Tri Darma) The kelenteng Sam Kouw had many worshiped sculptures to which their worship ritual was based. The kelenteng was taken care by a suhu acted as a mediator during the worship. Due to his role in worship, the suhu and his family also stayed in the kelenteng. This made a unique model because the household routines were conducted adjacently with the worship. This was not regarded interrupting to each other, though they had different characteristics in practice. Based on that phenomenon, this research is focused on the rooms usage in kelenteng as a place of interaction of both worship and household routines. This research applies naturalistic qualitative methodology. The researcher played as the main instrument in collecting the data by observation, interview. The data gained during the research was formulated to some topics analyzed inductively before the researcher conducted an inter-topic dialog. The whole research process was ended with a conclusion and recommendation in building kelentengs. This researched was conducted in three objects with cross sectional method to strengthen the data and sharpen the focus of observation. The three objects are: 1.Kelenteng T’ien Kok Sie in Ketandan 2.Kelenteng Poo An Kiong in Coyudan 3.Cetiya Ksiti Garbha in Srambatan The result of the research shows that kelenteng Sam Kouw has a public worship room in front of kelenteng , has a particular worship room in behind of kelenteng , and always has a meditation room that has always perpendicular a prominent god altar.

Kata Kunci : Kelenteng,Tata Ruang, Sam Kouw, kelenteng, Suhu


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.