Laporkan Masalah

Faktor risiko Faringitis Streptokokus Grup A Beta Hemolitik pada anak Sekolah Dasar

JURIANTI, Adhani, dr. Roni Naning, SpAK.,M.Kes

2004 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Klinik (Ilmu Kesehatan Anak)

Nyeri tenggorokan merupakan keluhan yang umum pada infeksi saluran pernapasan atas seperti faringitis yang disebabkan oleh infeksi Grup A β Hemolitic Streptococcus (GABHS). Meskipun infeksi GABHS sebagai indikasi untuk terapi antibiotic, hanya 10 – 20% yang memiliki kultur positif. Insidensi tertinggi GABHS pada anak-anak diusia 10 – 30% sebesar 30%, sedangkan anak usia kurang dari 2 tahun disebabkan oleh virus, 5 -10% terjadi pada usia dewasa. Insidensi faringitis rawat jalan di RS dr. Sardjito tahun 2003 sebesar 7,9%. Faringitis dapat didiagnosis dengan klinis, mikrobiologi dan imunologi. Gejala klinis faringitis GABHS seperti tonsil yang membesar dan terdapat eksudat, pembesaran kelenjar limfe servikal anterior, suhu lebih dari 38’C dan tidak terdapat batuk. Sedangkan kultur tenggorokan merupakan gold standard dalam mendiagnosis faringitis streptokokus. Streptokokus faringitis merupakan inflamasi faring yang disebabkan oleh GABHS, pada umumnya terjadi pada bulan Oktober samapi April dengan penularan melalui kontak langsung melalui sekresi hidung atau dari tenggorokan yang dihasilkan mengandung kuman sterptokokus. Risiko untuk terjadinya demam rematik akan meningkat sebesar 0,3 – 0,4% apabila infeksi GABHS tidak diterapi. Demam rematik merupakan penyakit inflamasi setelah infeksi bakteri GABHS, dapat mengenai organ jantung, kulit dan otak. Demam rematik terjadi 20 hari setelah infeksi GABHS dengan insidensi 3% bila GABHS tidak diterapi. Pada penelitian ini akan diteliti apakah ada hubungan antara faktor risiko seperti sosioekonomi (pendidikan dan pekerjaan), status gizi, lingkungan (kebiasaan merokok pada keluarga dan kepadatan hunian dalam satu rumah) dan pemberian vitamin A dengan faringitis GABHS. Penelitian ini secara observasional dengan rancangan penelitian case control, yang dillakukan consecutive sampling dengan melakukan matching umur dan jenis kelamin, dengan analisis data regresi corelasi.

Sore throat is common indication of respiratory system infection, such as pharyngitis that caused by Group A ß Hemolitic Streptococcus (GABHS). Although GABHS infection is treated a indication for antibiotic therapy, it was found that only 10 to 20% patients have a positive culture. The highest GABHS incidence 30% is found among children of age 10 – 15, while children below 2 years old is found infected by virus. About 5 – 10% pharyngitis infections is found among adults. At Dr Sardjito General Hospital Yogyakarta, pharyngitis incidence in 2003 was 7,9%. Pharyngitis can be diagnosed by means of clinical, microbiological and immunological methods. Clinical indications of pharyngitis such as exsudat tonsil, anterior cervical lymph inflammation, body temperature higher than 38’C and no cough appears. Throat culture swab is a gold standard for streptococcal pharyngitis indications. Streptococcal pharyngitis is pharyng inflammation caused by GABHS, usually rises during Oktober to April and transmitted through direct contact, nose secretion or from throat mucous contains streptococcus. Risk of rheumatic fever will arise by 0,35 to 0,4% if GABHS infections are not treated. This research will assess relationship between risk factor such as parent’s socioeconomy (occupation and education level), health status and domestic environment (smoking habits and population density in houses) to GABHS pharyngitis. This research will use observational method, case control study, which will be held by consecutive sampling using matching for age and sex. Statistical analysis will be done by logistic regression using SPSS software.

Kata Kunci : Kesehatan Anak,Faringitis GABHS,Faktor Resiko,Case Control, GABHS pharyngitis, risk factor, case control.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.