Laporkan Masalah

Minimalisasi dampak negatif pemanfaatan Candi Borobudur sebagai objek wisata

TAUFIK, Muhammad, Prof.Dr. Sumijati Atmosudiro

2004 | Tesis | S2 Arkeologi

Dijadikarmya Candi Borobudur sebagai objek wisata budaya merupakan perkembangan barn di dalam pengelolaan sumberdaya budaya di Indonesia. Pada jaman kolonial sampai pada awal kemerdekaan, pengelolaan benda cagar budaya hanya sampai pada aspek pelestarian dan perlindungannya. Di akhir adad ke-20, paradigma pengelolaan benda cagar budaya telah berkembang sampai pada upaya pemanfaatan terutama pemanfaatan untuk pariwisata. Pemanfaatan benda cagar budaya sebagai objek wisata mengarah kepada peningkatan devisa negara dan peningkatan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Pengelolaan sumberdaya budaya seperti itu dikenal dengan istilah Cultural Resources Management (CRM). Pemanfaatan Candi Borobudur sebagai objek wisata membawa dampak baik positif maupun negatif pada masyarakat di sekitar dan candinya. Pesona Candi Borobudur telah menarik perhatian jutaan wisatawan untuk mengunjunginya. Kedatangan wisatawan ke Candi Borobudur mengakibatkan kerusakan baik yang disengaja seperti kegiatan vandalisme (corat-coret, sampah, memanjat dinding candi, dan pencurian komponen candi), maupun yang tidak disengaja seperti keausan dan keretakan batu-batu penyusun candi. Selain faktor pengunjung, kerusakan batu-batu penyusun Candi Borobudur juga disebabkan oleh kegiatan konservasi seperti pembersihan batu candi dengan menggunakan sikat. Pembersihan batu candi dengan sikat tersebut dapat menyebabkan rontoknya partikel-partikel batu penyusun candi. Perlu diketahui bahwa, batu-batu Candi Borobudur telah mengalami degradasi oleh faktor alam yang cukup lama. Untuk itu, upaya meminimalisasi dampak negatif pemanfaatan Candi Borobudur sebagai objek wisata perlu segera dipikirkan dan diimplementasikan. Upaya-upaya tersebut meliputi pengelolaan pengunjung, pengelolaan bangunan, dan penggunaan metode konservasi yang tepat.

The management Borobudur temple as a cultural tourism object is a new development of cultural management in Indonesia. From colonial perio until the beginning of the independence of Indonesia, management of cultural preservation covered only on conservation and protection aspects. By the end of 20th century, a paradigm in management of cultural preservation has developed into benefit from tourism actracties. The use of cultural heritage as one of tourism object intended to increase income and the social economic condition of the community surround it. This is called as Cultural Resource Management (CRM). The use of Borobudur temple as tourism object has positive and negative impact to the temple and the community suround it. Borobudur temple attracts attention of billions tourists to visit it. Their visit cause direct damage such as vandalism activities (scratching, rubbish, climbing, and stealing the tempel's Components), it olso indirect damage such as worn out and cracking of temple's stone component. Beside of visitor factor, the damage of Borobudur temple caused by conservation activities such as brushing of the stone blocks, which may cause falling of particles in stone. It's hould be known that the stone blocks of Borobudur temple experience degradation caused by natural factor for a many of time. Because of that, the effort to minimalize the impact of using Borobudur Temple as tourism object should be thought and implemented immediately. Those efforts cover visitor management, building management, and the use of right conservation methods.

Kata Kunci : Antropologi Budaya, Candi Borobudur, Obyek Wisata


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.