Laporkan Masalah

Tipologi proses merumah dan makna di atas tanah garapan :: Studi kasus permukiman di Kapuk Muara

WAHYUNI, Agustina Eka, Ir. Sudaryono, M.Eng.,Ph.D

2004 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Kapuk Muara merupakan kawasan permukiman kota yang berada di tepi Muara Angke dan sudah ada lebih dari 50 tahun. Permukiman di tepi Muara Angke berdiri di atas tanah dengan status tanah negara. Penduduk setempat menyebut sebagai “tanah garapan”. Banyak dari rumah adalah rumah komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe proses merumah di Kapuk Muara dan mencari makna rumah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah naturalistik dengan metode kualitatifdeskriptif. Pemilihan kasus bersifat purposif sesuai dengan perkembangan tema dan pendalaman kasus dilakukan dengan wawancara terbuka dan observasi fisik. Analisis menyatu dengan pencarian data. Makna rumah di Kapuk Muara berbeda menurut latar belakang pemukim. Bagi penduduk asli dan pendatang yang bermukim lebih dari 20 tahun makna rumah sebagai tempat tinggal bersama keluarga (sosial). Bagi pendatang makna rumah sebagai tempat berteduh dan mencari makan (ekonomi). Proses merumah yang terjadi di tanah garapan di Kapuk Muara ditinjau dalam tiga ketegori. Kategori respon terhadap status tanah ada tiga tipe. Tipe 1 rumah penggarap yang berfungsi hunian kemudian berubah menjadi rumah usaha karena kedatangan pendatang. Alasan membuka kegiatan usaha adalah alasan sosial. Pemilik rumah mengetahui status tanah garapan. Namun mereka yakin bahwa keberadaan mereka aman dan tidak terpengaruh pada kemungkinan penggusuran. Tipe 2 rumah penggarap telah dibeli oleh pendatang. Para pemilik baru mengetahui status tanah. Secara ekonomi rumah tersebut menguntungkan sehingga status tersebut tidak masalah. Mereka rela dan siap jika terjadi penggusuran. Tipe 3 rumah penggarap atau rumah pendatang dikontrak oleh pendatang. Pengontrak rumah sengaja mengontrak untuk tempat usaha. Para pengontrak tidak peduli dengan status tanah. Pada kategori respon terhadap banjir terdapat tiga tipe. Tipe 1 fungsi rumah berlindung dari banjir sehingga dengan sengaja pemilik rumah membuat elemen fisik yang menghindarkan penghuni dan perabotannya dari banjir. Tipe 2 fungsi rumah sebagai tempat tinggal, penghuni rumah membuat elemen fisik yang dapat menyelamatkan perabotan dari banjir, sedangkan penghuni mengungsi ke tempat aman. Tipe 3 fungsi rumah sebagai tempat tinggal, penghuni rumah menggunakan elemen fisik yang sudah ada hanya untuk perabotan saja. Kategori berikutnya adalah kegiatan usaha. Tipe 1 alasan sosial mendasari pembukaan kegiatan usaha yang berada terpisah dari ruang hunian dengan promosi nonfisik. Tipe 2 alasan ekonomi, kegiatan usaha berada tidak jauh dari hunian dengan promosi nonfisik. Tipe 3 alasan ekonomi, kegiatan usaha menggunakan sebagian atau menyatu dengan hunian, penggunaan ruang berdasarkan waktu dan kebutuhan dengan promosi fisik. Kesimpulan dari penelitian ini status tanah garapan dipahami berbeda bagi penggarap dan pendatang dan sangat mempengaruhi proses merumah. Proses tersebut berkembang sebagai respon terhadap keadaan yang terjadi. Bagi para pendatang selama rumah masih bernilai secara ekonomi maka status tanah dan keadaan lingkungan bukanlah hal penting. Bagi penggarap proses merumah di Kapuk Muara akan terus berlanjut karena mereka memiliki ikatan kuat dengan lahan yang mereka buka, sehingga segala kemampuan tercurah bagi perbaikan kondisi rumah.

Kapuk Muara is a settlement area of town residing in edge Muara Angke and has been more than 50 years. Settlement by the side of Muara Angke lies on government land status. Local resident conceive this as tanah garapan. Many of their houses are commercial house. This research aims to know types of housing process in Kapok Muara and look for the meaning of house. To reach this target hence approach of this research to be used is naturalistic with method of qualitative-descriptive. The meaning of house in Kapuk Muara differs according to settler background. For local and arrival resident, who have lived more 20 years, house means as a place for living together with their family (social). For new arrival, house means as a shelter place and living (economic). Housing process that happened on tanah garapan in Kapuk Muara evaluated in three categories. There are three types categories in response of land status. Type 1, penggarap house, which functions as dwelling and then turn into commercial house because of new arrivals. The reason for opening business activity is social reason. House owners know about tanah garapan status. But they convince new arrivals that the existence of them are saved and not affected to possibility of condemnation. Type 2, house of penggarap which have been sold to new arrivals whom known the status of land. Economically, the house is profitable so that status of land is not a problem. They are willing and ready if theirs will be condemned by the government. Type 3, house of penggarap or of arrivals contracted by new arrivals that intend to contract for business activity so that they do not pay attention to status of land. At flood response divided into three categories. Type 1, house as a shelter function from flood so that owner of house intend to design a physical element obviating dweller and his house wares from floods. Type 2, house function as residence, dweller make physical element able to save house wares from floods while he evacuate himself to save place. Type 3, house function as residence, dweller used physical element which have been existed just for house wares. Next category is business activity. Type 1, reason of social constitute opening of business activity. Business activity resides in separated from dwelling room with promotion of non-physic. Type 2, reason of economics, business activity resides in not far dwelling with promotion of non-physic. Type 3, reason of economics, business activity use some of or as a single unit with dwelling, usage of room pursuant to time, requirement and physical promotion. Conclusion of this research of tanah garapan status comprehended to differ between penggarap and arrival, and very influencing to housing process. The process expands as a response to situation that happened. For arrival, during house still valuable economically hence land status and situation of environment is not an important matter. For penggarap, housing process in Kapuk Muara will be still going on because they have strong relationship with land which they worked on or open, so that all their efforts are for improvement of house condition.

Kata Kunci : Permukiman Kota,Tanah Negara,Muara Kapuk,Makna Rumah,house, housing process, "tanah garapan", and meaning


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.