Ketersediaan air di Kota Bengkulu salah satunya dipenuhi oleh Sungai Air Bengkulu dan Danau Dendam Tak Sudah (DDTS). Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah Kota Bengkulu mengakibatkan fungsi danau tidak maksimal. Pembangunan Jalan Nakau yang membagi daerah tangkapan danau yaitu Cagar Alam Dusun Besar menjadi 2 bagian disinyalir menjadi penyebab berkurangnya masukan yang diterima danau. Tujuan dari penelitian research yang dilakukan adalah untuk menganalisis ketersediaan air pada DAS Air Bengkulu, Danau Dendam Tak Sudah sebelum dan sesudah pembangunan Jalan Nakau. Pada penelitian ini digunakan dua model hidrologi yang kinerjanya diuji dengan pendekatan statistik. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu Model Mock dan Model HEC-HMS, yang diuji dengan uji statistik untuk membandingkan keluaran kedua model. Kalibrasi dilakukan pada DAS Air Bengkulu berdasarkan data di pada AWLR Taba Terunjam tahun 1999. Kalibrasi Model Mock menggunakan data setengah bulanan, sedangkan kalibrasi Model HEC-HMS menggunakan data harian. Parameter-parameter yang diperoleh pada proses kalibrasi digunakan untuk proses simulasi pada DAS Air Bengkulu selama 19 tahun (1983-2001), simulasi Danau Dendam Tak Sudah sebelum ada Jalan Nakau selama 12 tahun (1983-1994) dan sesudah pembangunan jalan selama 7 tahun (1995-2001). Hasil simulasi berupa data debit rerata setengah bulanan yang selanjutnya di uji statistik untuk mengetahui besarnya perbedaan kedua model tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses kalibrasi, keluaran dari Model HEC-HMS lebih mendekati debit observasi. Hal ini dikarenakan parameter yang dimiliki relatif lebih teliti. Sedangkan pada proses simulasi antara Model Mock dan Model HEC-HMS terdapat karakteristik ketersediaan air rerata tahunan yang bervariasi dan mempunyai kecendrungan berkurang dari tahun ke tahun. Analisis uji statistik pada DAS Air Bengkulu dan Danau Dendam Tak Sudah sebelum ada jalan memberikan hasil yang bervariasi antara uji statistik yang diterima yaitu uji statistik yang berada dibawah batas kritis dan beberapa uji statistik yang lebih besar dari batas daerah kritis dan beberapa uji statistik lainnya ditolak karena lebih besar dari batas kritis. Sedangkan pada Danau Dendam Tak Sudah setelah pembangunan Jalan Nakau seluruh uji statistik diterima karena seluruh hasil uji lebih kecil dari daerah kritis. Uji statistik ditolak dikarenakan perbedaan antara hasil analisis ketersediaan air Model Mock dan Model HEC-HMS relatif besar. Penggunaan model Soil Moisture Accouting (SMA) pada Model HEC-HMS dapat menjadi salah satu alternatif model ketersediaan air selain Model Mock.

Water supply for Kota Bengkulu is provided by Sungai Air Bengkulu and Danau Dendam Tak Sudah (DDTS). Due to the transformation that occurs in Wilayah Kota Bengkulu, the lake cannot be maximally functioned. The construction of Nakau road divides the catchment area of the lake, which is the Cagar Alam Dusun Besar, into two parts. It is considered to be the cause factor that decreases the lake water intake. The objective of the study is to analyze water availability of DAS Air Bengkulu and DDTS before and after the construction of the Nakau Road and to compare the outputs of both Mock Model and HEC-HMS Model using the statistical test. Two methods of analysis, the Mock Model and the HEC-HM Model, are used in the study. They are tested using the statistical test to compare the outputs of the two models. Calibration was carried out in DAS Air Bengkulu at Taba Terunjam outlet in 1999. The Mock Model calibration uses the half-monthly data, while the HEC-HMS Model calibration uses the daily data. Parameters obtained during the calibration process are used for the simulation process of DAS Air Bengkulu for 19 years period (1983 – 2001), the simulation process of DDTS before the construction of the Nakau Road for 12 years period (1983 – 1994) and after the road construction for 7 years period (1995 – 2001). The simulation result, which is the average halfmonthly data, is statistically tested in order to identify the difference between the two models. Results of the study show that the calibration process for the output of the HEC-HMS Model tends to be closer to the observation debit due to relatively more specific parameters. The simulation process of Mock Model and HEC-MHC Model shows variation on the characteristics of annually average water supply and tends to decrease from year to year. The statistical analysis test of DAS Air Bengkulu and DDTS before the road existed varies between the accepted statistical tests, which are the ones below the critical limit and the ones larger than the critical limit. Several other statistical tests are rejected because they are larger than the critical limit. After the construction of Nakau road in DDTS, all of the statistical tests are accepted because they are all below the critical limit. If the difference between water supply analysis of Mock Model and HEC-HMS is relatively large, the statistical test is rejected. Beside the Mock Model, the use of Soil Moisture Accounting (SMA) in the HEC-HMS Model can be one of the alternatives of water supply analysis.

Kata Kunci : Hidrologi,Ketersediaan Air DAS,Model HEC,HMS, Mock Model, HEC-HMS Model, and Statistical Test