Laporkan Masalah

Makam Gunung Sempu – Simbolisme Budaya Material dan Konstruksi Identitas Orang Tionghoa di Yogyakarta

TIJANA MRDJIC, Dr. Pujo Semedi H.Y., M.A

2013 | Tesis | S2 Antropologi

Dalam mendefinisikan budaya diri sendiri, manusia menggunakan budaya material sebagai aspek penting dalam keberadaan manusia karena mengacu pada benda – benda fisik, sumber daya dan ruang. Aspek fisik budaya menentukan perilaku dan persepsi orang, masyarakat atau etnis tertentu. Hubungan manusia dan persepsi kepada objek tergantung secara sosial, agama dan budaya, juga menjadi dasar identitas manusia. Walaupun budaya material secara langsung mencerminkan aspek – aspek dari kehidupan manusia, juga memungkinkan wawasan lebih dalam masalah. Budaya material dapat digambarkan aspek non material seperti simbol, nilai, perasaan, cara berpikir dll. Makam adalah lebih jauh dari sekedar unsur ruang yang disisihkan untuk penguburan orang mati karena makam itu memiliki konteks kultural, agama, sejarah dan sosial. Dengan kata lain, makam dapat menggambarkan komunitas tertentu dalam baik konteks lokal atau lebih luas. Sering ketika berbicara tentang makam, kita cenderung menganggap dalam hal makam itu dapat memberitahu kepada kita tentang masa lalu, tetapi makam terus berkembang karena sifatnya dinamis dalam kebudayaan daerah setempat. Makam Gunung Sempu di Yogyakarta berfungsi untuk menjelaskan konstruksi identitas orang Tionghoa dan kehidupan mereka di masyarakat Jawa, masyarakat mayoritas. Makam ini menjadi komunitas simbolik yang menjawab pada pertanyaan siapa mereka sendiri, siapa orang lain dan hubungan apa yang menetapkan. Identitas bukanlah homogen atau unik, tapi selalu ada pluralitas identitas. Satu-satunya pertanyaan yang hirarki dan bahwa identitas dan situasi yang peringkat sebagai yang paling penting. Juga, identitas tidak perlu harmonik (komplementer), tetapi bahkan bertentangan. Identitas adalah proses dan bukan kondisi, dan perubahan konstan identitas berikut kematangan pribadi dan sosial. Oleh karena itu, pada contoh makam Gunung Sempu dapat dilihat hubungan dan interaksi antara orang Tionghoa dan orang Jawa melalui aspek dan proses budaya, agama, sejarah dan sosial.

In defining their own culture, people use material culture as an important aspect of the human existence as it refers to physical objects, resources and space. A physical aspect of the culture determines the behavior and perceptions of people, or a particular ethnic community. Human relations and the perception of the object depend on the social, religious and cultural, as well as the basis of human identity. Although material objects directly reflect the aspects of life, it also allows more insight into the problem. Material culture also describes non-material aspects such as symbols, values, feelings, ways of thinking etc. Cemetery is more than just an element of the space set aside for the burial of the dead, because it has a cultural, religious, social and historical context. In other words, the cemetery can describe a particular community in both local and broader contexts. Often when we talk about cemetery, we tend to think in terms that it can tell us about the past, but the cemetery continues to thrive because of the dynamic nature of the local culture. In this thesis cemetery Gunung Sempu in Yogyakarta serves to explain the construction of the identity of the Chinese Indonesians (Tionghoa) and their lives in the community with majority of Javanese people. The cemetery is a symbolic community that answers the question of who they are, who are the others and what relationships are set. Identity is not something homogeneous or unique, because people always have a plurality of identities. Also, identity does not need to be harmonic (complementary), but can be contradictory. Identity is a process and not a state, and the constant change of identity as personal and social maturity. Therefore, on the example of the cemetery Gunung Sempu can be seen the relationship and interaction between the Chinese Indonesians and Javanese populations through aspects of cultural, religious, social and historical interactions.

Kata Kunci : orang Tionghoa, makam, budaya material, konstruksi identitas


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.